Tugas Pengantar Bisnis(Rasio Keuangan)
Rabu, 20 Desember
2017
Rasio
keuangan menjelaskan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah
yang lain dalam suatu laporan keuangan. Tujuan analisis rasio keuangan
dimaksudkan agar perbandingan-perbandingan yang dilakukan terhadap pos-pos
dalam laporan keuangan merupakan suatu perbandingan yang logis, dengan
menggunakan ukuran-ukuran tertentu yang memang telah diakui mempunyai manfaat
tertentu pula, sehingga hasil analisisnya layak dipakai sebagai pedoman
pengambilan keputusan.
Pada dasarnya rasio keuangan itu banyak macamnya dan dapat dibuat sesuai kebutuhan penganalisis. Berdasarkan sumbernya, rasio keuangan digolongkan menjadi tiga, yaitu:
Pada dasarnya rasio keuangan itu banyak macamnya dan dapat dibuat sesuai kebutuhan penganalisis. Berdasarkan sumbernya, rasio keuangan digolongkan menjadi tiga, yaitu:
- Pertama, Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun dari data dalam neraca.
- Kedua, Rasio-rasio laporan rugi-laba (Income Statement Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun dari data dalam laporan rugi laba.
- Ketiga, Rasio-rasio antar laporan (Intern Statement Ratio), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang berasal dari laporan rugi laba.
Berdasarkan tujuan analisis angka-angka rasio dibagi menjadi
4 yakni: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio
aktivitas yang dapat dijelaskan berikut ini:
A. Rasio Likuiditas
A. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang jangka pendeknya). Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid sedang bila tidak disebut ilikuid.
Tujuan dan
manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas (Kasmir, 2008:132 ),
yaitu :
1. Untuk
mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh
tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah
waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan
bulan tertentu).
2. Untuk
mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva
lancar secara keseluruhan. Artinya, jumlah kewajiban yang berumur dibawah 1
tahun atau sama dengan 1 tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan
atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi persediaan dan utang yang
dianggap likuiditasnya lebih rendah.
4. Untuk
mengukur dan membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja
perusahaan.
5. Untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
6. Sebagai
alat perencanaan ke depan terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan
utang.
7. Untuk
melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan
membandingkannya untuk beberapa periode.
8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki
perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang
lancar.
9. Menjadi
alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya dengan melihat
rasio likuiditas yang ada sampai saat ini.
Rasio
likuiditas yang umum dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu
perusahaan antara lain:
1. Current Ratio
Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lainnya. Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar (Sutrisno, 2001:247). Rumus current ratio adalah:
1. Current Ratio
Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lainnya. Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar (Sutrisno, 2001:247). Rumus current ratio adalah:
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang
lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya. Apabila rasio lancar 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat
menutupi semua hutang lancar. Jadi dikatakan sehat jika rasionya berada di atas
1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang
lancar (Harahap, 2002:301)
2. Quick Ratio
Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Quick ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu: kas, surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek (Martono, 2003:56). Jadi rumusnya:
2. Quick Ratio
Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Quick ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu: kas, surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek (Martono, 2003:56). Jadi rumusnya:
Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio
dengan current ratio, dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio
menurun, berarti terjadi investasi yang besar pada persediaan.
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002:302).
3. Cash Ratio
Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran. Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah dan cepat dapat diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Negara yang menjadi domisili perusahaan bersangkutan. Rumus untuk menghitung cash ratio adalah:
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002:302).
3. Cash Ratio
Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran. Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah dan cepat dapat diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Negara yang menjadi domisili perusahaan bersangkutan. Rumus untuk menghitung cash ratio adalah:
Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas
dibandingkan dengan total aktiva lancar. Semakin besar rasionya semakin baik.
Sama seperti Quick Ratio, tidak harus mencapai 100% (Harahap, 2002:302).
Referensi :
http://tipsdancarabaru.blogspot.co.id/2013/08/apa-tujuan-dan-manfaat-rasio-likuiditas.html (diakses 20/12/2017)
B. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang mempunyai aktiva/kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut insolvable. Perusahaan yang solvabel belum tentu ilikuid , demikian juga sebaliknya yang insolvable belum tentu ilikuid.
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang mempunyai aktiva/kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut insolvable. Perusahaan yang solvabel belum tentu ilikuid , demikian juga sebaliknya yang insolvable belum tentu ilikuid.
Tujuan dan Manfaat Solvabilitas
·
Menganalisis status perusahaan dan kemampuannya
dalam memenuhi kewajibannya pada pihak ketiga.
·
Mengetahui status perusahaan dengan
melihat keseimbangan antara jumlah modal dan aktiva tetap yang dimiliki.
·
Mencari tahu berapa besarnya rupiah
dari modal sendiri yang akan digunakan sebagai jaminan pembayaran utang jangka
panjang.
·
Untuk melihat sejauh mana pengaruh
utang yang ditanggung perusahaan terhadap pengelolaan aktiva yang ada.
Macam-macam
rasio keuangan berkaitan
dengan rasio solvabilitas yang biasa digunakan adalah:
1. Total Debt to Total Assets Ratio
Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik (Sutrisno, 2001:249). Untuk mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:
1. Total Debt to Total Assets Ratio
Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik (Sutrisno, 2001:249). Untuk mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:
Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh
aktiva. Semakin kecil rasionya semakin aman (solvable). Porsi hutang terhadap
aktiva harus lebih kecil (Harahap, 2002:304).
2. Debt to Equity Ratio
Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin aman. Rumusnya:
2. Debt to Equity Ratio
Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin aman. Rumusnya:
Referensi :
https://sleekr.co/blog/solvabilitas-bagi-usaha-anda/ (diakses
20/12/2017)
C. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba. Perhatian ditekankan pada rasio ini karena hal ini berkaitan erat dengan kelangsungan hidup perusahaan.
Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba. Perhatian ditekankan pada rasio ini karena hal ini berkaitan erat dengan kelangsungan hidup perusahaan.
Manfaat dan tujuan Rasio Rentabilitas
Rasio Rentabilitas memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pihak pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar bank, terutama
pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dnegan bank .
Tujuan
penggunaan raiso rentabilitas bagi bank maupun pihak luar bank, yaitu :
1) Untuk
mengukur atau menghitung laba yang diperoleh bank dalam satu
periode tertentu.
periode tertentu.
2) Untuk
menilai posisi laba bank tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke
waktu.
4) Untuk
menilai besarnya laba sebelumpajak dengan total asset.
5) Untuk
mengukur produktivitas seluruh dana bank yang digunakan baik modal pinjaman
maupun modal sendiri.
6)
Untuk mengukur
produktivitas dari seluruh dana bank yang digunakan
baik modal sendiri.
baik modal sendiri.
Manfaat
yang diperoleh adalah untuk :
1) Mengetahui
besarnya tingkat laba yang diperoleh bank dalam satu periode.
2) Mengetahui posisi laba bank tahun sebelumnya
dengan tahun sekarang.
3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke
waktu.
4) Mengetahui besarnya laba sebelum pajak dengan
total asset.
5) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana
bank yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
modal pinjaman maupun modal sendiri.
Kegunaan
Rentabilitas
Secara garis besar ada dua kegunaan dari perhitungan rasio rentabilitas yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu :
Secara garis besar ada dua kegunaan dari perhitungan rasio rentabilitas yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu :
1.
Bagi intern perusahaan, analisa
rentabilitas berguna bagi perusahaan terutama manajer finansial mengenai
informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan, dan sebagai
alat Bantu dalam pengambilan keputusan.
2.
Bagi investor, merupakan bahan
pertimbangan untuk ikut serta menanamkan dananya kepada perusahaan tersebut.
Ada beberapa ukuran rasio
rentabilitas yang dipakai, yakni:
1. Profit Margin
Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada analisis common size untuk laporan rugi laba (baris paling akhir). Rasio ini bisa diintepretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Hanafi dan Halim, 2000:84). Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:
Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada analisis common size untuk laporan rugi laba (baris paling akhir). Rasio ini bisa diintepretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Hanafi dan Halim, 2000:84). Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasionya semakin
baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi
(Harahap, 2002:304).
2. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiahpenjualan. Semakin besar rasionya berarti semakin baik kondisi keuangan perusahaan (Munawir, 2001:89). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
2. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiahpenjualan. Semakin besar rasionya berarti semakin baik kondisi keuangan perusahaan (Munawir, 2001:89). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan
pengetahuan atas rasio ini dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau
biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba. Semakin besar rasionya
semakin baik (Harahap, 2002:306).
3. Net Profit Margin
Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan untuk mengukur rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan mengukur seluruh efisien, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
Tetapi jika rasionya rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Prastowo dan Juliaty, 2003:91). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
3. Net Profit Margin
Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan untuk mengukur rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan mengukur seluruh efisien, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
Tetapi jika rasionya rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Prastowo dan Juliaty, 2003:91). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan
oleh setiap satu rupiah penjualan. Semakin tinggi rasionya semakin baik, karena
menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan tertentu.
4. Return On Investment (ROI)
4. Return On Investment (ROI)
Return On Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang
dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih
setelah pajak atau EAT (Sutrisno, 2001:255). Rasio ini dihitung dengan
rumus:
Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih (setelah pajak)
yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah investasi yang dikeluarkan. Semakin
besar rasionya semakin baik (Sutrisno, 2001:255).
5. Return On Assets
Rasio ini disebut juga rentabilitas ekonomis, merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT (Sutrisno, 2001:254).Rasio ini dihitung dengan rumus:
5. Return On Assets
Rasio ini disebut juga rentabilitas ekonomis, merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT (Sutrisno, 2001:254).Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio ini mengukur tingkat keuntungan (EBIT) dari aktiva yang
digunakan. Semakin besar rasionya semakin baik (Sutrisno, 2001:254).
Referensi :
https://text-id.123dok.com/document/6zke0918z-pengertian-rasio-rentabilitas-tujuan-dan-manfaat-rasio-rentabilitas.html (diakses
20/12/2017)
http://binderekonomi.blogspot.co.id/2017/11/apa-itu-rentabilitas-jenis-dan-tujuannya.html (diakses
20/12/2017)
D. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam padaaktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam padaaktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas
Dalam praktiknya rasio aktivitas yang digunakan
perusahaan memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai. Rasio aktivitas juga
memberikan banyak manfaat bagi kepentingan perusahaan maupun bagi pihak luar
perusahaan, untuk masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Berikut ini
adalah beberapa tujuan yang hendak dicapai perusahaan dari penggunaan rasio
aktivitas antara lain:
1. Untuk mengukur berapa lama
penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam
piutang ini berputar dalam satu periode.
2. Untuk menghitung hari rata-rata penagihan
piutang (days of receivable), di mana hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah
hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih.
3. Untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan
tersimpan dalam gudang.
4. Untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan
yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan (working capital turn
over).
5. Untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
6. Untuk mengukur penggunaan semua aktiva
perusahaan dibandingkan dengan penjualan.
Kemudian, di samping tujuan yang ingin dicapai
di atas, terdapat beberapa manfaat yang dapat ambil dari rasio aktivitas,
yaitu:
1.
Dalam bidang piutang
a.
Perusahaan atau
manajemen dapat mengetahui berapa lama piutang mampu ditagih selama satu
periode. Kemudian, manajemen juga dapat mengetahui berapa kali dana yang
ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Dengan demikian, dapat
diketahui efektif atau tidaknya kegiatan perusahaan dalam bidang penagihan.
b.
Manajemen dapat mengetahui jumlah hari dalam
rata-rata penagihan piutang (days of receivable) sehingga manajemen dapat pula
mengetahui jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat
ditagih.
2.
Dalam bidang
sediaan Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sediaan tersimpan dalam
gudang. Hasil ini dibandingkan dengan target yang telah ditentukan atau
rata-rata industri. Kemudian perusahaan dapat pula membandingkan hasil ini dengan
pengukuran rasio beberapa periode yang lalu.
3.
Dalam bidang modal kerja dan penjualan
Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja
berputar dalam satu periode atau dengan kata lain, berapa penjualan yang dapat
dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan.
4.
Dalam bidang aktiva dan penjualan
a.
Manajemen dapat
mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam
satu periode.
Beberapa rasio aktivitas yang digunakan adalah:
1. Perputaran Piutang
Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang dikumpulkan dalam satu tahun. Rasio ini mengukur kualitas piutang dan efisiensi perusahaan dalam pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya. Rasio ini biasanya digunakan dalam hubungan dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberi ukuran seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang, menggambarkan lamanya suat u piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan). Semakin lama jangka waktu pelunasannya,semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang (Prastowo dan Juliaty, 2003:82). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
1. Perputaran Piutang
Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang dikumpulkan dalam satu tahun. Rasio ini mengukur kualitas piutang dan efisiensi perusahaan dalam pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya. Rasio ini biasanya digunakan dalam hubungan dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberi ukuran seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang, menggambarkan lamanya suat u piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan). Semakin lama jangka waktu pelunasannya,semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang (Prastowo dan Juliaty, 2003:82). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
Rasio ini mengukur efektivitas peng elolaan piutang. Semakin
tinggi tingkat perputarannya semakin efektif pengelolaan piutangnya (Sutrisno,
2001:252).
2. Perputaran Persediaan
Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga menggambarkan likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara mengukurefisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun. Hal ini menandakan efektivitas manajemen persediaaan. Sebaliknya, jika perputaran persediaan rendah menunjukkan pengendalian atas persediaan kurang efektif (Hanafi dan Halim, 2000:80). Rumus perhitungannya adalah:
2. Perputaran Persediaan
Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga menggambarkan likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara mengukurefisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun. Hal ini menandakan efektivitas manajemen persediaaan. Sebaliknya, jika perputaran persediaan rendah menunjukkan pengendalian atas persediaan kurang efektif (Hanafi dan Halim, 2000:80). Rumus perhitungannya adalah:
Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan.
Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif pengelolaan persediaanya
(Sutrisno, 2001:251).
3. Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap tersebut. Pada beberapa industri seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang tinggi, rasio ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa industri yang lain seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini barangkali tidak begitu penting untuk diperhatikan (Hanafi dan Halim, 2000:81). Perputaran aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
3. Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap tersebut. Pada beberapa industri seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang tinggi, rasio ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa industri yang lain seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini barangkali tidak begitu penting untuk diperhatikan (Hanafi dan Halim, 2000:81). Perputaran aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam
mendapatkan penghasilan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif
penggunaan aktiva tetapnya (Sutrisno, 2001:253).
4. Perputaran Total Aktiva
Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran total aktiva. Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau modalnya (Hanafi dan Halim, 2000:81). Rasio perputaran total aktiva menggunakan rumus:
Rasio ini merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva
dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin
efektif perusahaan memanfaatkan aktivanya (Sutrisno, 2001:253).
Referensi :
My Assignment Help have the world-class team of statistics experts who provide you the best Statistics Assignment Help. Our Statistics assignment help services are readily available. So whenever you want you can take our services. If you have any queries or doubts regarding your assignment or subject, you can connect with our student support executive online via live chat or e-mail.
BalasHapus